Rabu, 16 Januari 2013

JALAN-JALAN

Gedung-gedung yang lewat bersama kita
Jari-jari yang mengusap muka
Napas yang menghela kita pergi
Sama terbakar matahari

Gedung-gedung dan toko-toko
Bertengger berwarna terasa hampa
Air mengalir begitu coklat dikali

Jejak dimana tangan bertemu tangan
Menekankan hatiku pada hatimu
Suara yang terdengar terasa ganjil
Terasa begitu tua saat berjalan

(Toto Sudarto Bachtiar)

KUTILANG

Burung kutilang dicabang nangkasabrang
Kicaunyan nyaring menebari muka ladang
kicaunya nyaring menyambut pagi dagang
kicaunya nyaring mengantar hari petang

burung kutilang mematauki nangksabrang masak
betapa girang terbang menggelepar sejenak sejenak
anak-anak mengintai dari balik belukar
bila tertangkap dipiara dalam sungkar

Kicau kutilang pagi hari
melecuti hati petani
memperbanyak hasil bumi
kicau kutilang petang hari
mengusapi hati petani
berlepas didesa sepi

(Piek Ardijanto Soeprijadi)

Selasa, 08 Januari 2013

SAYANGKU BULAN

Kurenung bulan
inginku berbicara
aku ikhlas tapi jauh

macam-macam kan kugapai
kau masih kepunyaan-Nya
sebenarnya aku malu melihatmu
kerana kau menyimpan rahasiaku
didalam diriku ini bulan
itulah isi hati puisiku

ingin ku berbicara lagi
bersama bulan yang jauh 
sedangkan bulanku lebih menyayangi diriku
hingga ke akhirat hayat

(Ali Bakhtiar)

SANG PERAMPAS

bercakap dan ketawalah
tidak ada yang akan membatas
tiada siapa lagi merampas bebas
kamu telah membeli hak dan kebenaran 
dari kami

makan dan minumlah
samapai muakan muntah 
kami pasti tidak mampu membantah
kamu pemegang amanah
punya kuasa punya kata

berjalan dan berlarilah
hingga letih dan sesak nafas
dibumi serba mewah ini
kami tidak bisa lagi menegur
segalanya telah diatur
untuk kamu lena tidur
 
kamilah penantianbayang hak
yang diramapas itu

(Hazami Jahari)

HALAMAN DUKA

Halaman duka dihadapan kita
Menanti penuh setia
Mengajak bermain dan berkejarab
diatasnya

Lalu 
bermainlah kita hingga keletihan
menghambat nafas kemanusiaan
yang kosong dari ketabahan
yang kosong dari keyakinanan

Sesunggunnya dibelakang halaman duka 
ada rumah pintu terbuka
menanti dan mengundang
bila malam mematkan permainan siang
untuk kita berehat selamanya

(Hzami Jahari)

Senin, 07 Januari 2013

BAU WAJAH

Menetapkan bau wajah 
dalam keliru laara
merentasi eposid duka
mencari cerita damai
dengan babak goyang
semangat jitu meniti menjalar
sambil menghitung jari jemari
tangkas tiada tembok penghalang
yang tega merobohkan 
kata-kata kiaan mengkot

MUSIM PANAS

Musim panas. Orang -orang menanggalkan bajunya
Mengairi sawah dengan keringat nya

Musim panas . Batu-batu retak
Ibu merebusnya dengan air mata

Saat angin kabarnya desa
Burung-burung engan kepakkan sayap
Musim panas keringkan hatinya

(Wowok Hesti Prabowo)